Thursday 24 April 2008

Miskin : Serahkan Sawah Bangun Jalan


LELAKI tua itu terbatuk bersandar di gubuk reotnya. Keringat masih belum mengering dari keringnya tubuh renta yang hanya dibalut singlet lusuh yang tidak lagi putih. Siang itu, matahari memang tidaklah terik, namun sudah cukup untuk merenggut segala kekuatan manusia 71 tahun, hanya dengan ayunan cangkulnya di lahan milik orang. Saharuddin menuntaskan pekerjaan seharinya hanya sampai 11.30 WIB.


Bekerja sebagai seorang buruh tani telah dilakoni warga Batu Kasek Parak Pegambiran Lubuak Bagaluang sepasang suami istri, Sharuddin dan Minan (62) sejak tahun 60-an silam. Apa yang mereka cari, hanyalah untuk bertahan hidup dan membesarkan 7 orang anak-anak mereka. Sampai sekarang, mereka masih seperti itu.

Ada rasa haru yang berbeda, ketika terus menelisik lebih dalam ke kediaman pasangan ini. Gubuk super sederhana dengan atap daun rumbio, dinding kayu usang dan bambu serta lantai rumah panggung yang sudah kian bergoyang di hembusan waktu. Dua lampu teplok (lampu minyak tanah), masih menyisakan hitam hangusnya di dinding kayu rumah yang tidak berkamar. Di 'lantai' 1 rumah yang berlokasi 1 KM dari Jalan By Pass Taluak Bayua itu, juga berdiam 3 ekor kambing.

"Kami hanyo barampek tingga di rumah ko nak," katanya ketika pembicaraan muai pada masalah yang lebih pribadi. Masih terengah, Saharuddin mengurai satu demi satu kelumit hidupnya. Selain tinggal dengan Minan, bapak yang sekarang sudah sakit-sakitan itu juga ditemani 2 anak bujangnya, Syaf (35) dan Wemdri (20).

5 anaknya yang lain, kata Sahar, sudah lepas atau sudah berumah tangga dan meninggalkan mereka. 3 orang putrinya sudah bersuami dan meninggalkan mereka, sedang 2 orang anak lelakinya sudah pula pergi dari kota ini untuk mencari hidup yang lebih. Amat jarang, mereka pulang ke rumah yang lebih senang dikatakannya pondok itu. Seorang anak perempuannya, kadang masih sering berkunjung, dan menitipkan 3 ekor kambingnya.

Sebagai orang tua dengan umurnya yang kian renta, memang tidak ada yang dapat mereka perbuat lagi dengan baik, tapi keterpaksaan tidak bisa dielakkan. Mengelola pertigaan sawah orang lain, harus dilakoninya dengan tenaga seadanya. Meski mengaku pribumi, Sahar dan Minan harus mengelola sawah orang.

Apakah tidak ada sawah? Ternyata pada awalnya, keluarga Sahar memiliki 1 hektar lahan untuk persawahan. Namun, kecintaan untuk membangun kampung lebih tinggi, dia menyerahkan lebih separoh lahan itu untuk membuka jalan, tanpa ganti rugi, apalagi ganti untung. Bahkan gubuk reot itu juga sudah 3 kali berpindah, seiring terus diperlebarnya jalan ke kawasan tersebut.

"Kaba-kabanyo, jalan ko juo ka di aspal mah," kata Sahar yang setiap minggu harus berobat ke Mantari Kesehatan setempat, untuk mengatasi penyakit paru-parunya. Tidak kurang Rp 20 ribu dia keluarkan sekali datang ke mantari yang uangnya berasal dari keringat sendiri dan dari 2 anak laki-lakinya yang bekerja di kafe.

Penyakit itu memang kian menyesakkan Sahar yang berimbas kepada menu makanan mereka sehari-hari. Di rumah tanpa aliran listrik itu jangan harap akan bertemu dengan makanan enak. Yang ada hanya 'samba aldo' dan nasi putih. "Kalau bareh kami kadang dapek dari kelurahan (raskin). Kalau musim panen tibo, paling untuka makan sabulan sajo," tambah Minan yang setia mendampingi suaminya.

Pasangan suami istri ini memang masih memendam harap, rumah mereka yang juga disisipi kandang ayam itu akan diperbaiki. Kalau tanah, mereka masih memliki lahan untuk dibangun rumah. "Kami kalau ditanyo, memang sangaik ingin kalau rumah iko di bangun baru, tapi jo apo? Untuak barubek apak sajo dak cukuik-cukuik," harap Minan di rumah yang persis terletak di kaki bukit itu.(***)

Read More......

Ular Piton di Kandang Ayam


TANDA alam kembali ditunjukkan di Kota Padang, dengan kemunculan seekor Ular Piton di sekitar perumahan warga. Ular pemangsa sepanjang 5 meter itu, diketahui, Senin (22/4) sekitar pukul 22,00 WIB oleh Zal Anjang (45) di kandang ayam miliknya. Warga Pinggiran bukit Pegambiran Lubuak Bagaluang itu kaget dan ributlah tetangganya.


Tidak begitu lama datanglah Zal Ambun (47), seorang petani yang juga memiliki kelebihan sebagai pawang ular. Dengan sebuah karung goni, pria bepenampilan sederhana itu dengan sigap menangkap ular seberat 60 Kg itu dan mengamankannya. Beberapa ekor anak ayam milik Zal Anjang, sempat 'diamankan' binatang melata itu dalam perutnya.

Masyarakat Pegambiran yang cukup heboh malam itu, tidak berlama-lama di rumah Zal Anjang. Kerangkeng besi bekas keramba yang tidak terpakai kemudian dimanfaatkan untuk mengkarantina si ular dan ditempatkan di Gedung Pemuda Pegambiran Ampalu. Hingga sore kemaren, masyarakat masih ramai mengunjungi ular dan ember sumbangan tidak lupa dipasang di depan pintu.

"Uang yang kita kumpulkan di ember itu bukan untuk cari kaya, itu hanya sekedar membeli makanan ular ini. Satu ekor ayam itu saja kami beli Rp 22 ribu, darimana dapatnya kalau tidak dari sumbangan," tegas Zal Ambun yang ditemui di gedung pemuda.

"Sang Pawang" mengakui belum mendapatkan keputusan, akan diapakan ular ini kedepan, apa mau dijual atau mau dipelihara saja. "Dulu saya juga pernah mendapatkan ular yang sama, dijual ke Orang (China) di Pondok. Kalau harga sekarang, tidak tahu juga," tukas pria yang selalu mendapatkan pertanyaan dari setiap penmgunjung.(***)

Read More......

Saturday 19 April 2008

Voting Untuk Panwas

ADRIAN Tuswandi SH pucat pasi, saat terjadi penghitungan suara di DPRD Kota Padang, Jumat (18/4) sekitar pukul 16.30 WIB. Pria bertubuh gempal itu, berdiri di pojok ruang sidang utama dewan, melihat hasil perolehan suaranya dengan 'rivalnya' Zulrkarnaini SH sama-sama 11. Hari itu, dari 45 anggota dewan, hanya 38 orang yang hadir dan memberikan hak suara.


Kedua orang itu adalah 2 peserta yang tengah mengikuti seleksi untuk menjadi anggota panitia pengawas (Panwas) Pilkada Kota Padang dari unsur pers. Sebelum dilakukan voting, 6 fraksi di DPRD tidak memberikan kata sepakat untuk mendapatkan 1 nama. 2 Fraksi untuk Zulrkarnaini dan 4 Fraksi untuk Adrian, pada paripurna yang dipimpin Ketua DPRD Kota Padang Hadison SSI Apt itu.

Kejar-kejaran suara yang kian sengit itu, akhirnya dimenangkan oleh Adrian dengan selisih 22 dan 15. Akhirnya, alumni Fakultas Huku Unand itu berhak bergabung dengan Alijus SH dan AKP Zulkaisar yang menjadi utusan dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Padang dan Poltabes Padang. Sedangkan 2 orang lainnya, yang berasal dari unsur masyarakat dan perguruan tinggi (PT) serentak dipilih dengan Adrian.

Pada pemilihan utusan masyarakat dan PT juga tidak ada kesepakatan fraksi untuk mennyamakan suara 6 fraksi. Dari hasil voting, Mahyuddin SAg berhasil lolos dari unsur masyarakat dengan menyisihkan Wendi Anwar dan Junaidi Badri dengan selisih suara, 21 : 12 : 4. Sedangkan dari unsur PT, Maulid Hariri Ganis SSI MHum menyisihkan Syafril SH MH dengan suara 27 : 10.

Sebelum voting dilakukan, Panitia Kerja (Panja) yang dipimpin Ketua Komisi A DPRD Kota Padang Yulsirman SH mengajukan 26 nama yang akan dipilih oleh fraksi pada paripurna. Terdiri dari 17 orang unsur masyarakat, 7 dari PT dan 2 dari pers. Jumlah ini, seperti yang disebutkan juru bicara Panja Sabaruddin Herman SSos adalah calon yang memenuhi syarat dan telah melakukan serangkaian seleksi.

Wakil Walikota Padang Drs H Yusman Kasim MM, yang hadir pada acara tersebut berpesan kepada seluruh anggota Panwas agar netral dalam bekerja. "Saya ucapkan selamat kepada panwas terpilih," ujar Yusman yang rencananya juga akan hadir pada acara pelantikan Panwas Selasa (22/14) nanti.(***)

Read More......

VCD Bikin Resah


NONTON film di VCD memang asyiknya rame-rame. Tapi, kalau yang nonton anak sekolahan dan yang ditonton juga film-film dewasa, tentu asyiknya akan membawa petaka. Bisa-bisa, anak baru gede (ABG) itu malah dapat dampak yang tidak baik -- kalau tidak untuk fisik ya untuk mental.

Diduga, di Kota Padang sudah banyak anak sekolahan yang nonton adegan begituan lewat VCD atau DVD. Ini terlihat dari beberapa kali kasus penangkapan akhir-akhir ini. Ada siswa yang sampai bawa 6 keping VCD dalam tasnya. Si pelajar tertangkap malah saat bentrok dengan pelajar lainnya. Seharusnya, pemko resah dengan hal ini. Tapi, tidak ada tindakan nyata untuk persoalan VCD yang semakin marak.

Kemarin jauh, Badan Perfileman Daerah (Bafilda) Kota Padang yang dipimpin Drs Veri Yasri malah sudah melakukan razia ke beberapa sudut pasar. Ini dilakukan, karena adanya temuan seoran anak yang tengah asyik nonton Film Power Ranger, tiba-tiba 'takalenjek'. Saat sedang memelot di depan TV tanpa di temani orang tuanya, adegan perang-perangan itu berubah menjadi 'perang perangan' lain, yang belum layak dilihatnya.

Kondisi ini memang sangat memiriskan dan perlu menjadi catatan bagi kota ini kedepan. Betapa mudahnya seorang siswa, baik sengaja atau tidak sengaja mendapatkan film-filem yang dapat dikategorikan mesum. Seorang pelajar yang tertangkap tangan megang VCD Biru, malah ngaku kalau dapat film tersebut dari kakaknya. Berarti, di rumah juga harus waspada. Orang tua yang gemar mengoleksi filem dewasa, harus hati-hati. Kalau tidak ingin kepingan yang ditonton itu malah keluyuran ditonton anak-anaknya.

Di DPRD Kota Padang, beberapa kali pemberitaan tetang hal ini memang menarik perhatian anggota dewan. Mereka tentunya amat menyayangkan, betapa mudahnya ABG mendapatkan film-film begituan. Bagaimana mereka melihat persoalan ini dan apa solusinya. Berikut nukilannya.(*)

Read More......

Thursday 17 April 2008

PKB Sumbar Abu-abu


DUALISME kepemiminan DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), disikapi arif oleh DPW PKB Sumbar. Meski didatangi secara langsung Ketua DPP Muhaimin Iskandar, Ketua DPW Sumbar Azwandi Rahman memilih untuk tidak hadir pada rapat konsolidasi Muhaimin dengan DPW dan 19 DPC kab/kota di Sumbar. Azwandi yang tidak hadir, tetap diwakili oleh beberapa wakil ketua dan sekretaris DPW.

Muhaimin, usai rapat konsolidasi tertutup, Rabu (16/4) di RM Lamun Ombak Pasa Usang Padangpariaman mengakui, saat ini dia sedang melakukan road show ke daerah-daerah untuk persiapan Pemilu 2009. Tapi, dia juga mendatangi daerah belum menyatakan sikap tentang 'pencopotan' Muhaimin selaku ketua DPP oleh Ketua Dewan Syuro PKB Abdurrahman Wahid alias Gusdur, melalui rapat pleno beberapa waktu lalu.

"Saya ke Padang (Sumbar-red) ini hanya untuk konsolidasi partai menjelang Pemilu, tidak ada hubungannya dengan masalah di DPP. Ketua DPW sini, katanya minta izin ada keperluan lain. Dia 'kan ada ngirim utusan DPW dan DPC 19 kab/kota juga siap dukung PKB untuk menang Pemilu," tegas Muhaimin yang tengah menjabat Wakil Ketua DPR RI ini.

Dihubungi melalui ponselnya, Azwandi Rahman, kepada wartawan mengatakan sedang berada di Alahan Panjang untuk satu urusan penting. Untuk sikap DPW PKB Sumbar, dia mengatakan belum dapat menentukan sikap apakah akan memihak Cak Imin (Muhaimin) atau Gusdur. Katanya, kedatangan Muhaimin hanya untuk konsolidasi partai saja.

"Sikap DPW Sumbar, akan ditentukan kalau dilakukan munaslub. Jadi, bukan sekarang saatnya. Kita di Sumbar masih sibuk untuk meningkatkan suara pada Pemilu 2009 lah," kata Azwandi yang menampik ketika ketidak hadirannya disebutkan karena takut ketahuan oleh Gusdur.

Wakil Ketua DPW PKB Sumbar Iche Hambali yang hadir pada pertemuan selama 2 jam itu tidak mau berkata banyak. Saat ini, katanya PKB Sumbar belum dapat mengambil sikap apa-apa. "Dua-duanya tokoh. Yang satu pemimpin muda berbakat, satu lagi politisi senior panutan. Kalau disuruh milih, mungkin bingung juga," kata Hambali didampingi Sekretaris DPW Armaidi Tanjung.

PKB Ingin Raih 100 kursi DPRD RI

Secara tersirat, Muhaimin yang juga kemenakan Gusdur ini tidak menampik, kisruhnya dengan sang paman dan sepupunya Zannuba "Yenni" Wahid -- sekjen DPP dapat menjadi kekuatan lain untuk kampanye PKB. "Mudah-mudahan iyalah, kalau kejadian ini malah mendongkrak perolehan suara dan kursi PKB di 2009," ujar Muhaimin yang datang ke Sumbar bertepatan dengan masa reses (istirahat) sidang pertama DPR RI.

Katanya, saat ini PKB telah mampu menempatkan 52 orang di DPR RI. Pemilu tahun depan, mereka menargetkan mendapatkan kursi mencapai 100 lebih. Dengan terus berkonsolidasi ke seluruh provinsi, dia yakin PKB akan menggema ke seluruh nusantara, tidak hanya di Pulau Jawa saja. Khusus (perolehan suara) Sumbar, dia mengatakan diserahkan kepada DPW.

Terkait dengan tidak hadirnya Ketua DPW PKB Sumbar, Muhaimin tidak akan mengambil tindakan apa-apa. Katanya, saat ini dia mempercayakan penyelesaian masalah internal PKB kepada tim investigasi. Sampai hari kemarin, sudah beberapa orang 'menjadi' korban tim investigasi ini, tidak terkecuali Yenni Wahi yang dipecat melalui musyawaran pimpinan nasional. Sumbar sendiri, belum diketahui terlibat dan masuk dalam daftar tim investigasi.

Dualisme kepemimpinan yang saat ini sedang berpolemik di KPU, Muhaimin optimis, sesuai AD ART Partai dan peraturan KPU, pihaknyalah yang akan dipilih. Sedangkan PKB Pimpinan Plt Ketua Ali Maskur Musa (Kubu Gusdur) akan ditolak, karena pencopotan ketua umum hanya dapat dilakukan dapa Munaslub. "Saya masih ketua, jadi pasti KPU akan meloloskan PKB dengan saya ketuanya," tegas Muhaimin yang pernah menjabat Ketua Fraksi F-PKB DPR RI 1999-2004 ini.(***)

Read More......

Wednesday 16 April 2008

Pesantren di Lahan Konservasi


PEMBANGUNAN Gedung Pondok Pesantren (Pontren) Ar Risalah di Aia Dingin Koto Tangah Padang yang belum mengantongi IMB, dipandang berbeda di Anggota DPRD Kota Padang. Komisi C yang langsung meninjau lokasi bersama Dinas TRTB (Tata Ruang dan Tata Bangunan) mendapati, bangunan tersebut berada pada kawasan konservasi hutan pada RTRW 2004-2013, sehingga tidak etis jika dibangun.

Anggota Komisi C DPRD Kota Padang Zulfhmi HR Sutan Sati SE menilai, pembangunan pontren itu jelas-jelas telah melanggar peraturan dan dapat dianggap 'basalanteh' angan kepada pemerintah. Dia menyayangkan, sikap tidak tegas yang diberikan Pemko Padang melalui TRTB yang tidak menghentikan pembangunan gedung pesantren itu.

"Ini sama saja dengan mengangkangi peraturan yang telah ada. Jelas-jelas itu kawasan konservasi hutan, kenapa tetap dibangun juga. Kita tidak mau tahu, siapa (orang) di balik Ar Risalah ini. Apakah pemko tidak punya nyali? Yang jelas, ketika melanggar peraturan dan UU yang ada, seharusnya ditindak," ujar Anggota Fraksi Partai Demokrat (F-PD) ini.

Ketua DPRD Kota Padang Hadison SSi Apt menilai, persoalan di Ar Risalah itu tidak perlu dipolemikkan lagi. Katanya, persoalan di Ar Risalah, hanyalah persoalan perda RT RW saja. Dia mengharapkan, pemko segera melakukan revisi terhadap RT RW di lingkungan Aia Dingin itu.

"Saya sudah koordinasi dengan TRTB, kata mereka itu hanyalah permasalahan perubahan RTRW saja. Dalam waktu dekat mereka akan mengajukan perubahan perda RTRW ini. Tidak hanya Ar Risalah, saya fikir juga banyak bangunan lain disana," kata Mantan Ketua DPD PKS Kota Padang ini.

Menurut Hadison, merubah RTRW di Aia Dingin, sama saja dengan merubah kebijakan penataan ruang di pesisir pantai. Saat isu tsumani menggeliat, perubahan RTRW itu sudah menjadi satu keharusan, begitu juga dengan di Aia Dingin. "Untuk Ar Risalah, dukungan pemerintah saya kira juga sudah cukup. Buktinya, walikota sudah membantu menyediakan lahan dan dana Rp 100 juta. Itu kan sama dengan dukungan," kilah Hadison.(**)

Read More......

Tuesday 15 April 2008

3 Ketua DPRD Padang Diperiksa KPK


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sejak pekan lalu 'bergentayangan' di Kota Padang. 3 pejabat di DPRD Kota Padang, Ketua DPRD Hadison SSi Apt, 2 wakil ketua Z Panji Alam SH dan H Masdi Ardi 'diberondong' pertanyaan dan dimintai keterangan kekayaan mereka, setelah memangku jabatan selama 4 tahun.


Apakah ada hubungan dengan tertangkapnya Al Amin dari F-PPP DPR RI? Hadison dan Panji Alam kompak menjawab tidak. Kata mereka, agenda KPK pekan lalu itu, hanyalah untuk mendapatkan catatan daftar kekayaan 3 unsur pimpinan utama DPRD Kota Padang.

"Mendengar kata KPK, memang agak sensitif sekarang ini. Tapi, yang datang pada kami di DPRD itu, hanyalah staf KPK bagian pencegahan. Mereka melakukan pekerjaan rutin, untuk mengetahui perkembangan kekayaan pejabat penyelenggara negara. Tidak DPRD saja, dari walikota/bupati dan gubernur di Indonesia juga," ujar Hadison yang ditemui di DPRD Senin (14/4).

Z Panji Alam menambahkan, 2 orang staf KPK itu akhir Maret lalu telah mengirimkan surat kepada DPRD untuk mempersiapkan segala berkas yang mereka butuhkan. Mulai dari inventarisir kekayaan hingga rekening listrik dan pembayaran pajak diminta. Panji sendiri mengaku tidak kewalahan, karena dia selalu mempersiapkan bukti-bukti terkait kekayaannya.

"Saya juga heran, tiba-tiba dapat telepon dari KPK. Saya tanya dari mana dapatnya, kata mereak (staf KPK) dari internet. Ternyata ada Panji Alam di internet," urai Panji Alam seraya mengatakan dua nama yang mengambil data itu adalah staf KPK bernama Eva dan Kamto.

Kata Hadison, dengan diambilnya daftar kekayaannya, berarti mantan Ketua DPD PKS Kota Padang ini sudah menyampaikan daftar kekayaannya sebanyak 3 kali. "Meski sudah 3 kali, orang KPK mengaku baru sampai 2 kali. Mungkin ada yang laporannya tidak sampai, jadi mereka jemput bola dan langsung datang ke Padang," tegas Hadison.

Terkait dengan berapa penambahan kekayaan, Hadison dan Panji mengaku siap saja kalau di beberkan. Tapi, keduanya sepakat, KPK dan lembaga yang berhaklah yang seharusnya membeberkan daftar kekayaannya. Yang jelas, keduanya mengakui, pertambahan kekayaan itu, kata KPK masih dalam taraf wajar. "Ada dua penambahan, pertama penambahan karena memang ada harta baru. Tapi, kalau saya yang ada mungkin hanya penambahan nilai barang," tukas Panji Alam Ketua DPD Partai Golkar Kota Padang.

Read More......

Sunday 13 April 2008

Iqbal Penderita Gizi Buruk



Menjadi 'budak' tani, ternyata tidak mengurungkan niat Larman untuk memiliki banyak anak, Pria berumur 45 tahun itu, saat ini tercatat sudah memiliki 10 orang anak. Sayang, satu dari anaknya, Iqbal (6 bulan) tercatat sebagai 1 dari 10 orang anak yang menderita gizi buruk di Kota Padang. Saat ini, kondisi bocah yang beralamat di RT 2 RW I Kelurahan Lubuak Minturun itu, sudah mulai baik.


Ditemui di rumahnya, Iqbal yang masih tertidur di ayunan, bersama ibunya Masniati (42), memang berada pada kondisi ekonomi yang memiriskan. Di rumah itu, tidak terlihat satu apapun barang rumah tangga yang dapat di banggakan. Yang ada, hanyalah sekumpulan bocah-bocah yang bermain di ruang tamu, seperti layaknya sebuah tempat penitipan anak.

"Kini Iqbal alah lumayan. Dulu memang, barek badannyo sampai turun 4 kg. Kami lah mambaoknyo langsung ke RSUD Aia Paku, karano Puskesma Aia Dingin Lubuak Minturun dak bisa manarimo. Ado 15 hari, dirawat, tapi dak ado parubahan. Apaknyo langsung mambaok baliak pulang, meski barek badannya alah 4,2 kg," ujar Masniati yang dirumahnya terdapat 3 KK, keluarganya dan 2 keluarga anak dan menantunya.

Kata Masni diamini Larman, mereka memang sangat kesulitan untuk memenuhi kebutunan sehari-hari. Katanya, dengan pekerjaan yang hanya budak tani, atau orang yang mengerjakan sawah orang, agak kesulitan untuk memenuhi asupan gisi. Setiap bulan, mereka juga menerima jatah raskin 20 kg dengan harga Rp 36 ribu.

Iqbal lahir di RSUD Kota Padang di Aia Paku, 6 November 2007 dalam keadaan normal. Namun, dalam perkembangannya, Iqbal yang bernama lengkap M Iqbal ini pertumbuhannya sangat lambat. Bahkan, puncaknya pertengahan Maret lalu.. Berat badannya hanya 4 kg dari 7 kg kondis normal.

Kepala Dinas Kesehatan dr hj Efrida Aziz bersama Ketua Komisi D DPRD Kota Padang Sahbuddin BSw, Kamis (10/4) datang melihat langsung kondisi Iqbal. Efrida Aziz mengaku, saat ini kondisi Iqbal terus dipantau oleh pihaknya. Bahkan, Puskesmas Aia Dingin langsung diinstruksikan, untuk memberikan perhatian khusus kepada Iqbal.

"Kasus ini, dengan cepat kita tangani. Soal anggaran untuk kesembuhan Iqbal, sudah kita sediakan di Dinkes. Jadi, kita berharap, keluarga juga dapat melakukan penjagaan yang baik kepada Iqbal." tukas Efrida Aziz seraya menyebutkan, saat ini kondisi Iqbal sudah membaik. Berat badannya saat ini juga sudah mencapai 4,8 kg.

Sahbuddin yang datang bersma Budiman Sag Dt Malano Garang, H Maidestal Hari Maesa, Dra Nurmaini Jamar dan Siti Zakiah SP meminta keseriusan Dinkes, untuk menangani kasus ini. "Jangan lagi, terjadi kasus-kasus seperti ini," ujar Sahbuddin dari PBB ini.(***)

Read More......

Tuesday 8 April 2008

Demi Pilkada, Ekonomi Rakyat Dikorbankan


PILKADA Kota Sawahlunto yang telah dijadwalkan KPUD Sawhlunto 18 Mai 2008 mendatang, membuat pedagang Pasar Silungkang kelabakan. Pasalnya, jadwal yang telah ditetapkan, bertepatan dengan pasar mingguan atau balai di kecamatan dan nagari tersebut. Ada ketakutan, masyarakat yang tengah beraktivitas menjadi di pasar, tidak akan ikut nyoblos. Kerapatan Adat Nagari (KAN) Silungkang, mencoba mengarifi dengan mengalihkan pasar menjadi Jumat (16/5), karena, total pemilih yang ada di lingkungan pasar mencapai 9000 orang.


"Keputusan ini, masih berbentuk kesimpulan KAN Sawahlunto, terkait dengan sulitnya berkoordinasi dengan KPUD setempat. Hingga saat ini, KAN masih menunggu keputusan, agar Pilkada dialihkan, menjadi hari yang tidak ada Balainya di Sawah Lunto," ujar Ketua KAN Sawahlunto, Syahruddin Datuak Rangkayo Bosa, Senin (7/4) bersama pengurus Persatuan Keluarga Sawah Lunto (PKS) Kota Padang.

Didampingi bendahara KAN, Ir Aswan Basri Dt Rangkayo Nan Gadang, Syahruddin menyatakan, sampai saat ini KAN masih menunggu keputusan untuk 'permohonan' mereka itu. Kalau jadwal tetap tidak berubah, maka sosialiasi pemindahan balai menjadi Jumat, akan segera dilakukan. Pemindahan tersebut, akan mengganggu perputaran ekonomi pasar senilai Rp 300 juta perminggunya itu.

"Perlu dijelaskan, Pasar Silungkang, tidak hanya didominasi oleh masyarakat dan pedagang di kecamatan Silungkang saja. Tapi, pada pedagang dan pembeli itu berasal dari 7 desa lainnya di Kota Sawahlunto. Mereka berasal dari Taratak Bancah, Muaro Kalaban, Kubang Tangah, Pasar Kubang, Lunto Timur, Lumindai dan Kajai. Bahkan, pasar ini juga ditunggu, karena menjadi hari masuknya berbagai kebutuhan pokok dari Solok dan Padang Panjang," tukas Syahruddin yang telah berkali-kali menghubungi langsung KPUD Sawahlunto.

Terkait keberatan KPUD mengubah jadwa, Syahruddin menyatakan, ada 3 hal yang disebutkan KPUD. pertama sulitnya memperbaiki administrasi, menambah biaya dan membuat hari libur sendiri. Alasan itu, kata Syahruddin terlalu mengada-ada. Kalau persoalan perbaikan administrasi dan biaya, Kota Sawahlunto akan sanggup menyelesaikannya.

"Dikatakan, karena tersangkut libur. Perundang-undangan mengatur, dapat dilakukan pada hari kerja yang diliburkan. Toh pada perayaan HUT Sawahlunto, PNS dapat diliburkan. Bahkan, untuk sekedar pacuan kuda kemarin, PNS juga libur. Tentunya, alasan-alasan itu tidak dapat diterima. Namun, untuk kepentingan Pilkda, kita siap mengalah," tandas Syahruddin yang belum menentukan, kapan kesimpulan KAN itu akan menjadi keputusan tetap.

Aswan Basri Dt Rangkayo menambahkan, sebelum memberikan keputusan, KAN masih memberikan kesempatan untuk KPUD kota mengubah hari berlangsungnya pasar. Dia masih mengharapkan, KPU mencari hari Pilkada yang tidak ada hari pasar di seluruh kecamatan Sawahlunto. Khusus pasar Sawahlunto, memiliki peranan gerak ekonomi yang sangat besar di pasaran Sawahlunto.

"Pasar Silungkang memiliki mempunyai peranan yang sangat besar dalam gerak ekonomi masyarakat du sekitarnya. Dimana oara pedagang mulai dari pengecer pengumpul sampai pedagang partai besar (grosir) akan berdatangan. Jadi, sebaiknya dipertimbangkan juga, hak-hak mereka yang ikut pilkada waktu itu. Pengaruhnya, meski sehari, akan sangat terasa bagi masyarakat," lanjutnya.

Sementara, ketua PKS Padang, H Irzal Mudatsir menyimpulkan, kalau kejadian ini benar-benar terlaksana, maka pemindahan balai merupakan peristiwa perdana. Tahun 1959 juga pernah dilakukan pemindahah balai, karena pertimbangan keamanan. "Tapi, sekarang, pertimbangannya karena ingin mensukseskan Pilada perdana," tandas Irzal yang diamini beberapa orang anggota PKS lainnya. "Kita akan mendukung, apa yang menjadi keputusan KAN Silungkang," tegas Irzan dan beberapa tokoh PKS Padang lainnya.(***)

Read More......

Wednesday 19 March 2008

Linguae

Seperti cinta,” kataku. “Ya. Seperti cinta,” katanya.

Dalam remang, entah pagi entah siang entah sore entah malam, kami terus menerus saling menguji daya cinta lidah kami. Selalu remang. Hanya remang. Lebih baik remang—karena cinta yang jelas dan terang, yakin dan pasti, bersih dan steril, seperti bukan cinta lagi. Jadi memang tak bisa kulihat wajahnya dengan jelas—apakah yang masih bisa dilihat dari sebuah wajah yang terlalu dekat, begitu dekat, sehingga tak berjarak, ketika saling menguji lidah, selain ketakjelasan dalam keremangan dengan cahaya lembut yang berusaha menerobos gorden?

Mungkin itu sebabnya aku lebih sering ingat gorden daripada wajahnya, karena hanya dari balik gorden itu datang cahaya yang hanya membuat ruang menjadi temaram. “Tutup matamu,” katanya. Kupejamkan mataku dan kutahu ia memejamkan matanya. “Berikan cintamu,” katanya dan kupersembahkan cintaku dalam percakapan tanpa kata karena lidah kami menyatakan segalanya dengan lebih nyata daripada kata-kata dalam tatabahasa sempurna mana pun di dunia.


***

“Jangan bicara,” katanya —tapi bicara juga menyenangkan sebenarnya. Artinya bicara dengan tangan bergandengan sambil menatap langit-langit. Memang, hanya langit-langit, dan bukan langit—karena mereka yang bercinta dalam keremangan semesta tak akan pernah mengenal langit, yang bersih dan terang, dengan matahari dan awan, maupun bintang-bintang dan rembulan. Tak akan pernah. Hanya langit-langit dan di langit-langit tak ada rembulan maupun matahari, hanya sepasang cicak berlari-lari.

“Jangan bicara,” katanya. Jangan bicara tentang cinta maksudnya—karena cinta lebih baik di alami dan dinyatakan, tidak usah dirumuskan.

Maka kami pun berbicara dengan bergandengan tangan sambil menatap langit-langit dalam keremangan hanya keremangan selalu keremangan dan tiada lain selain keremangan.

Apakah yang bisa dibicarakan dalam keremangan? Banyak. Diantara yang banyak adalah impian—yang seperti semua impian lain tak akan pernah jelas bisa menjadi kenyataan atau tetap tinggal sebagai impian.

Namun bahkan suatu impian yang hanya diperbincangkan ternyata bias membahagiakan.

“Katakanlah tentang cinta,” katanya. Namun kami tak akan bicara tentang cinta. Kami akan bicara tentang sebuah rumah terpencil ditepi sebuah danau di dataran tinggi. Danua itu tentunya akan tampak kebiru-biruan, dengan gunung gemunung yang ungu di kejauhan dan setiap hari kami akan makan ikan.

Kami akan hidup berdua saja, hanya berdua, tiada lain selain berdua selama sisa hidup kami karena tidak akan banyak lagi waktu tersisa. Setiap hari aku akan memakai sarung dan ia akan berkain kebaya—tidakkah memang indah membayangkan diri hidup bersama dengan seseorang yang benar-benar kita cintai sepenuhnya dan tiada lain selain dia? Aku sering terpana menyadari betapa dunia dan segala urusannya menjadi tidak terlalu penting selama kita mendapatkan cinta. Masalahnya, begitu sering orang yang mendambakan cinta tetapi tidak mendapatkannya malah mengacaukan dunia.

Keindahan dalam keremangan, masihkah akan tetap indah dalam dunia yang bersih dan terang?

Ketika berpisah, aku hanya akan teringat bahunya yang telanjang dalam keremangan. Bahu, pundak, dan lehernya yang telanjang— yang kukira aku tahu betul rasanya.

***

Menunggu dia yang entah berada dimana dan sedang apa.

Aku tidak pernah keberatan menunggu siapapun berapa lamapun selama aku mencintainya. Menunggu adalah bagian dari pertemuan itu sendiri. Kalau kita ketemu hanya lima menit dan menunggu selama 95 menit maka itu berarti pertemuan berlangsung 100 menit. Perpisahan pun sering tidak berarti apa-apa—seperti tidak pernah ada perpisahan bagi orang yang saling mencintai. Mereka saling memaki ketika bertemu tetapi tetap saling mengenang ketika berpisah. Perpisahan yang sebenarnya akan terjadi ketika tidak pernah ingat lagi kepada seseorang meskipun kita hidup bersamanya. Juga jika seseorang sudah mati, selama kita masih mengingat dan mengenangnya berarti tiada perpisahan sama sekali.

Namun menunggu adalah menunggu. Lima menit bias menjadi 500 tahun —dan waktu yang kosong bisa diisi sejarah berabad-abad.

Dulu dia hanya duduk disana, menoleh padaku, menyebut namaku dengan nada bertanya, dan mengajukan tangannya untuk bersalaman, sambil menyebutkan namanya.

“Kenapa tidak saat itu saja kita menguji kepekaan lidah kita akan cinta? Kenapa harus menunggu begitu lama untuk mengembara dalam dunia yang begitu remang terlalu remang taram temaram untuk memahami betapa lidah begitu penting tidak hanya untuk berkata-kata melainkan justru ketika tidak perlu mengatakan apa-apa?”
Itulah dia. Kenapa tidak sejak pertemuan pertama dia berkata, “Sentuhlah aku dengan lidahmu..”

“Ya, kenapa tidak? Kenapa tidak kamu saja yang bicara begitu?” katanya.
“Kalau aku bilang ’Sentuhlah aku dengan lidahmu’ apakah kau akan menyentuhku dengan lidahmu?”
Ia tidak menjawab saat itu, hanya menyentuh lidahku, dengan lidahnya.
Aku masih menunggu dia yang entah berada dimana dan sedang apa.

Aku berpikir apakah yang membuat kita yakin bahwa kita benar-benar mencintai seseorang dan tidak sekedar menyukai lidahnya.

***

Aku bermimpi buruk. Suatu hari aku bangun tanpa lidah. Bukan soalnya apakah aku tidak mampu bicara, karena bagiku tidak berbicara adalah menghemat tenaga. Namun bagaimana aku akan menyentuh, meraba, dan menyatakan sesuatu kepada seseorang yang sangat kucintai dengan lidah jika aku tak berlidah? Cinta mungkin tidak perlu kata-kata tetapi aku tidak tahu bagaimana nasib cinta jika para pecinta kehilangan lidahnya.

Bisakah dikatakan bahwa cinta berada dalam masalah ketika lidah tak lagi berperan di dalamnya? Aku tak tahu apakah ada filsuf yang pernah berbicara tentang lidah dengan segala kemanusiaan yang paling mungkin dihadirkan oleh keberadaan lidah itu. Dalam roman picisan sering dituliskan: Ia menyelusuri tubuh kekasihnya itu dengan lidahnya dan kekasihnya merasa telah berada dalam kereta kencana bersayap yang melaju diatas sungai susu di langit ke tujuh …

Mungkinkah suatu hari aku akan terbangun betul-betul tanpa lidah? Bukan soalnya bahwa dalam hidup ini suara kita sering dibungkam dan kata-kata kita dianggap merusak ketenangan, melainkan justru karena terlalu banyak hal yang tak terkatakan hanya bisa disampaikan melalui lidah. Artinya memang lidah itu tak tergantikan.

“Apakah kamu masih akan mencintaiku kalau aku suatu hari bangun tanpa lidah dan tidak bisa lagi menyatakan cinta dan menyentuhmu dengan lidahku?”

“Kalau kamu?” Ia balik bertanya, sambil menjulurkan lidahnya.

Kalau ia tidak berlidah? Aku teringat cerita tentang Sasuke, seorang pelayan yang menjalin hubungan cinta terselubung dengan shunkin, perempuan majikannya. Suatu penganiayaan oleh saingannya dalam karir sebagai pemain shamisen telah membuat shunkin buta. Atas nama cinta, meski tidak pernah menyatakannya, Sasuke lantas membutakan matanya sendiri.

Menurutku itu memang kebersamaan cinta yang luar biasa. Kalau aku ingin seperti Sasuke, aku tentu harus memotong lidahku. Sanggupkah aku?

Apakah sentuhan cinta terindah hanya bisa disampaikan oleh lidah? Tidak bisakah cinta disampaikan oleh tungkak?

Kukira aku sedang tidak ingin memikirkannya.

Pondok Aren, Selasa 10 Mei 2005. 16:25

1. Linguae, bahasa latin, artinya: lidah.
2. Dari Shunkinso(1933) karya Junichiro Tanizaki, melalui Tanizaki, “A Portrait of Shunkin” dalam Seven Japanese Tales (terjemahan Howard Hibbet), New York: berkley Medallion book, 1965, 11-60
3. Tungkak, dari bahasa Jawa, artinya: tumit.


“Linguae”, dalam M Firman Ichsan dkk., yang tercinta / The Loved Ones (Jakarta; Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Budaya Visual Oktagon, 2005), sebagai penafsiran foto karya Oscar Matuloh.

Read More......