Dulu -- gempa tidaklah begitu menakutkan bagi Urang Minang, tidak terkecuali di Kota Padang. Namun, bertebarannya korban hingga mencapai 200 ribu jiwa di Nangro Aceh Darussalam (NAD) pasca Gelombang 'Maut' Tsunami 2004 lalu, membuat nyali menjadi ciut. Setiap gempa menghadang, Tsunami telah dulu meneror hati dan fikiran masyarakat. Tahun-tahun terakhir, gempa itu juga telah menewaskan beberapa orang.
Inilah faktanya. Kota Padang, telah dialamatkan sebagai daerah rawan bencana di Sumbar. Kalau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah menyatakan Sumbar adalah 'Supermarketnya' bencana, maka Pakar Gempa dan Tsunami dari Universitas Andalas Dr Badrul Mustafa mengatakan, malah Padang yang jadi 'Supermarket' itu. Yang mana yang supemarket, yang jelas kota ini masih dalam keresahan.
Keresahan demi keresahan itu tergambar, saat gempa kembali menggoyang, tidak tentu pagi, siang, malam dan pagi-pagi buta sekalipun. Menyikapi kondisi itu, banyak warga yang memilih lari dan lari menyelamatkan diri. Terlepas ada atau tidak Tsunami, yang jelas, jalanan telah menjadi macet. Mobil-mobil merambat pelan, sepeda motor yang biasa menyalip kelabakan, bersaing dengan orang-orang (juga) ketakutan.
Sekarang -- gempa demi gempa itu kembali terjadi. Pak walikota, sudah sibuk cuap-cuap di radio tepatnya RRI Padang. Minggu 24 Februari, Dua kali perairan barat Pulau Sumatera digoyang gempa. Gempa pertama terjadi pukul 11:36:29 WIB dengan kekuatan 5.7 SR dengan kedalaman 10 km. Gempa ini berpusat di koordinat 3.75 LS - 101.78 BT atau 38 km barat daya Lais, Bengkulu. Sedangkan gempa kedua skala 5,3 SR terjadi pukul 15:53:38 WIB dengan episentrum di 2.46 LS - 99.69 BT yang persisnya berada di Samudera Indonesia antara Pulau Sipora-Pulau Pagai atau sekitar 157 km barat daya Painan, Sumbar dengan kedalaman 30 km.
Khusus untuk gempa pertama, getarannya tidak begitu dirasakan oleh warga Sumbar.
Sementara gempa kedua yang ada di Kepulauan Mentawai itu, getarannya sebesar II-III MMI (Merchalli Modified Intensity) yang dirasakan warga Kota Padang. Sementara di Padangpanjang hanya I MMI," sebut Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Padangpanjang Ir Soemarso yang terus dihubungi, beberapa saat setelah gempat terjadi.
Gempa 5,3 SR itu, kata Soemarso, masih berpusat di zona penujaman pertemuan lempeng Mentawai seperti halnya gempa pada Jumat (22/2) berkekuatan 5,8 SR dan gempa 5,6 SR pada Sabtu (23/2). Sementara itu untuk gempa 5,3 SR ini, versi United States Geological Survey (USGS/BMG-nya Amerika) menyebutkan kekuatan gempa itu magnitudo 5,5. Sedangkan versi GFZ Postdam-Earthquake Bulletin hanya berkekuatan magnitudo 5,1. Senin dini hari, gempa kembali mengguncang dan 'memabukkan' penduduk kota.
Masa Depan -- inilah yang sulitnya. Mustahil, kalau kita bicara bagaimana gempa ini kedepan. Tidak ada yang bisa mengetahui, kapan dan dimana sebuah gempa terjadi -- sebelum getaran hebat itu benar-benar datang. Yang dimiliki manusia melalui ilmunya yang secuap, hanyalah mengetahui gempa terjadi dalam kemasan data dan fakta. Perkiraan-perkiraan, juga tidak ada yang bisa melakukan.
Kabar gembira sebenarnya, ketika Kota Padang telah 'menelurkan' Peraturan Daerah (Perda) Penanggulangan Bencana. Baru Jumat (22/2) lalu, perda itu disahkan di DPRD Kota Padang bersamaan dengan Perda Revisi UU No 19 Tahun 2004 tentang Rancangan Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Padang 2004-2008 yang diubah menjadi RPJM Kota Padang 2004-2009, Perda Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (PPKD) dan Perda Rertibusi Air Bawah Tanah.
Inilah tantangannya, ketika perda itu telah lahir. Banyak bengkalai yang harus dibenahi segera. (***)