Kabar kurang sedap berhembus dari RSUD Kota Padang yang berlokasi di Sungai Sapiah Kecamatan Kuranji. Meski diberikan biaya perawatan inap gratis, orang tua Halimatunsya'diah -- penderita gizi buruk masih terus membeli obat dari luar. Buntutnya, Harlinda (31) yang bersuamikan seorang nelayan di Pasie Nan Tigo itu, terpaksa harus berhutang kepada tetangganya. Pasalnya, obat yang harus ditebus, harganya amat mahal baginya.
"Kami memang kewalahan, karena tidak menyangka, biayanya besar. Semula, kami pikir biaya ini gratis seluruhnya. Tapi, pas diminta untuk membeli obat di luar, harganya terlalu tinggi," ungkap Harlinda yang terus setia bersama ibunya menemani anak keduanya yang akrab dipanggil Lia itu, Senin (3/2) di RSUD Padang.
Kata Harlinda, saat ini keluarganya memang sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Sejak Lia berumur 1,5 tahun, bocah kelahiran 14 Februari 2003 itu tidak pernah lagi mendapatkan asupan gizi mencukupi, terutama susu. Untuk mencukupi makanan (biasa) sehari-hari saja, mereka kewalahan, apalagi untuk memberikan, susu dan makanan lainnya.
"Ayahnya cuma kerja sebagai tenaga nelayan yang ikut bagan (kapal) orang. Kalau melaut, kadang tidak pulang selama 3 hari dan pulang dengan membawa uang yang tigak mencukupi atau bahkan tidak ada," ungkap Harlinda yang masih beruntung, karena ada yang membantu mereka, untuk sekedar ongkos ojek, untuk menebus obat di Pasar Raya Padang.
Sejak dirawat, cukup banyak orang-orang 'penting' negeri ini yang memberikan/menunjukkan simpati kepada Lia. Mulai dari Ny Meutia Fauzi Bahar, Z Panji Alam dan Walikota Fauzi Bahar. Apalagi, sejak 'kasus' ini menjadi 'konsumsi' media, banyak orang mulai berdatangan. Namun, bantuan yang diberikan, tidak mencukupi untuk membeli obat-obatan di luaran.
"Untuk susu dan pediasure, kita memang tidak mengeluarkan biaya. Ini murni dari rumah sakit," ungkap Harlinda yang saat ini juga tengah menyusui putra bungsunya Reski yang masih berumur 9 bulan. Sementara, anak tertua mereka, Deno (9) bersekolah di SD 32 Pasie Nan Tigo kelas III.
Kondisi Terakhir Lia
Menjadi seorang ibu yang anaknya diberitakan di media massa, karena diangap menderita gizi buruk, memang tidak akan pernah terbayang oleh harlinda (32). Namun begitulah, nasib membawanya harus bertahan di RSUD Kota Padang, menemani anaknya. Perlahan, bocah itu sudah mulai menunjukkan grafik membaik, berat badannya naik dari 8 KG saat masuk 25 Februari lalu, menjadi 9 KG saat penimbangan terakhir Senin (3/2) pagi."Naiknya bobot badan 1 KG selama sepekan untuk kondisi Lia, memang menjadi kabar gembira. Dengan kondisi tubuh seperti ini, kenaikan itu sudah menggambarkan, kalau pola perawatan yang kita berikan, cukup berhasil," Kata dr Dani Andesra SpA dokter yang menangani Lia -- sapaan Halimatunsya'diah sejak masuk ke RSUD.
"Kondisi Lia, murni marasmus atau kekurangan kalori yang berlebihan, sejak lama. Akibat kurangna gizi itu, cairan tubuh berkurang, dan terjadi gangguan suhu tubuh -- yang berfluktuatif (naik turun). Sejak sebulan terakhir, diduga dia juga telah mengalami gangguan nafsu makan. Kondisi itu, juga diperparah dengan infeksi kulit dan paru-paru," ungkap dokter yang juga praktek di RS swasta lainnya.
"Untuk mengembalikan kondisi tubuh Lia, kita aknm menerapkan 10 tahapan penataan gizi. Melihat perkembangannya yang tidak menolak (muntah) ketika diberi susu, sangat baik. Untuk minggu pertama, kita akan melakukan stabilisasi suhu tubuh. Selanjutnya, barulah akan diberikan tambahan pasokan makanan tambahan sedikit demi sedikit," lanjutnya yang rutin setiap hari melakukan pengecekan kepasa pasien.