Niat Pemko Padang untuk memberikan buku pelajaran gratis bagi siswa sekolah dasar (SD), masih belum maksimal. Dengan anggaran Rp 7 miliar yang telah direncanakan 2005 lalu, ternyata tidak mampu membuat seluruh siswa SD masing-masing memiliki satu buku. Hingga saat ini, para siswa masih tetap dapat buku satu berdua atau malah hanya sekedar meminjamnya sementara di sekolah.
Dalam perjalanan, pemberian buku gratis tersebut mengalami berbagai kendala, baik teknis ataupun proses pengadaannya. Pada awal pelaksanaannya, ratusan kepala SD mengeluhkan kekurangan-kekurangan pengadaan buku di sekolahnya. Meski masih kurang, pengadaan tahun 2006 yang seharusnya mampu mencukupinya, malah berantakan, karena kenaikan harga dan bagalaunya tender.
Rasmieti contohnya, seorang wali murid SD, mengaku sangat tertekan untuk memenuhi kebutuhan belanja buku anaknya. Setiap tahunnya, untuk dua orang anaknya, dia mengeluarkan uang yang sangat besar, untuk membayar buku-buku yang "ditawarkan" guru-guru di sekolahnya. Tahun 2005, angin surga berhembus kencang, dari kepala sekolah anaknya.
"Katanya (kepsek) waktu itu anak-anak akan dapat buku gratis satu orang-satu. Tapi ternyata, saat ini akan saya masih memakai buku berdua dengan tetangga. Tahun 2007, buku itu juga datang. Tetap saja belum mencukupi," kata wanita yang memiliki dua anak di SD Negeri ini.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang, Drs Nur Amin MPd melalui Kasi TK dan SD Dinas Pendidikan Kota Padang, Dra Laila Fetma, Senin (11/2) mengatakan, tahun 2007, buku gratis tersebut kembali diberikan kepada seluruh siswa SD di Kota Padang. Meski tahun ajaran berlangsung Agustus, karena prosesnya, terjadi keterlambatan dan baru disampaikan Bulan September 2007 ke 419 SD yang ada di Kota Padang. Sedangkan, tahun 2008, dana tersebut tidak ada lagi.
"Dana yang dikucurkan untuk tahap ke-2 ini berjumlah Rp 3,5 miliar dan tender pengadaan barang itu dimenangkan oleh PT ATS. Untuk memenuhi satu orang satu buku, kita telah mendistribusikan 31.282 buku ke sekolah-sekolah yang tersebar di 11 kecamatan. Saat ini, tidak ada alasan, kalau buku-buku tersebut belum diserahkan kepada siswa," tukas Laila.
Kata Laila, buku gratis dari APBD tersebut, tidak untuk seluruh mata pelajaran. Tahun 2005, 4 mata ajaran diberikan -- Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS. Untuk 2007, IPS tidak lagi dimasukkan dalam buku gratis, karena cepatnya perubahan isi buku dan terimbas dari perubahan kurikulum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KMK) ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jadi, pada tahun 2007 hanya diberikan 3 buku gratis saja.
"3 buku untuk kelas I-VI itu, tidak berasal dari penerbit yang sama. Sesuai dengan rekomendasi pihak ke-3 (penelitian dan survei), dari 18 jenis buku itu, berasal dari 13 penerbit yang bukunya beredar di pasaran. Saat ini, kita dapat mengatakan, 3 mata ajaran tersebut tidak lagi bermasalah dalam pengadaannya," tandasnya yang mengatakan, buku-buku tersebut masih bisa dipakai untuk 5 tahun kedepan.
Dinas pendidikan, tandas Laila, terus melakukan pengawasan untuk etiap buku yang telah diberikan kepada siswa. Sebelum disebarkan, sekolah diwajibkan untuk emberikan stempel sekolah dan menyampulnya. Dengan demikian, buku yang diharapkan dapatdipakai hingga 4-5 tahun kedepan, masih dapat digunakan.
"Sanksinya, tentu ada, bagi siswa yang tidak menjaga buku tersebut dengan baik. Walimurid, harus meneken surat perjanjian untuk mengganti setiap buku yang hilang, Kalau rusak, maka mereka harus menggantinya," tukas Laila yang terus melakukan pemantauan untuk distribusi buku-buku.
Selain dana APBD yang diturunkan untuk buku gratis, masih ada dana Bantuan Operasional Sekolah untuk Buku (BOS Buku) yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan buku siswa. "Tapi, BOS buku berbeda dengan bantuan pemko. BOS berbentuk dana segar yang langsung diserahkan via rekening kepala sekolah. Pembelian buku, tergantung kebutuhan sekolah. Kami menyarankan, buku-buku dari dana BOS ini digunakan untuk mencukupi kekurangan APBD atau mata ajaran lain," ujarnya.
Kepsek Bicara :
Tidak Sesuai Harapan
Sejak "dilaunching" 2005 lalu, buku gratis yang "disponsori" APBD Kota Padang memang menjadi secercah harapan untuk meningkatkan pendidikan kota. Sayang, aliaran dana pemko tersebut, belum mampu memenuhi harapan untuk mencukupi kebutuhan seluruh siswa. Kepala SD 31 Pasie Nan Tigo Koto Tangah Hj Soenini SPd mengakui hal tersebut. Katanya, meski telah dapat bantuan, sekolahnya belum dapat melepaskan buku tersebut kepada siswa.
"Jumlah yang diberikan kepada sekolah kami, tidak memadai untuk dibagikan kepada seluruh siswa. Jadi, dengan terpaksa, buku-buku bantuan APBD itu hanya dipinjamkan melalui perpustakaan tanpa harus dibawa pulang. Dari 408 siswa, buku yang diberikan tidak mencapai 50 persen," tandas mantan Kepala SD 20 Dadok Tunggua Hitam ini.
Kata Soenini, buku bantuan tahun 2007, baru diterima sekolahnya sekitar Bulan Desember 2007 dan belum digunakan secara maksimal. Saat ini, stag sekolah, masih melakukan penyampulan buku dan pemberian stempel. Katanya, dalam waktu dekat, buku-buku tersebut sudah dapat dipakai siswa.
Tidak jauh beda, Kepala SDN 27 Sungai Sapiah Kuranji Padang Syariarlis SPd juga mengatakan hal yang sama. 3 jenis buku tersebut diterima sekolahnya para Bulan Desember. Meski belum memenuhi untuk dibagikan/dipinjamkan kepada seluruh siswa, namun setidaknya, sudah dapat digunakan untuk belajar di sekolah.
"Paling-paling, buku tersebut dapat diberikan untuk 1 berdua. Karena keterlambatan pengiriman, saat ini kami masih melakukan penyampulan. Untuk pengadaan buku-buku lain, kita akan mengusahakan dengan dana BOS buku. Kekurangan ini mungkin diakibatkan pemberian data yang dilakukan 2005. Saat ini murid kita berjumlah 290 orang, meningkat tajam dari tahun pendataan," tandasnya.(***)